Assalamualaikum..
Muna Fitria a.k.a @mamahfaza disini..
Jangan ditanya fashion style saat getting dressed as a Mom with a toddler be like…
Gak ada kancing yang kelupaan dikancingin aja udah bagus.
Maunya mix and match outfits, tapi di lemari cuman sisa beberapa potong, lainnya masih kusut belum disetrika; sekusut rambut Mamah yang belum sempat keramas karena anak selalu nangis histeris saat Mamah masuk kamar mandi.
What a #Modyarhood life.
STYLE BEFORE & AFTER MOTHERHOOD
Awalnya kupikir dari dulu ya ku begini-gini saja; gak pernah fashionable. Tapi setelah ku bongkar kembali kenangan jaman old, tak disangka ternyata ku masuk #TeamBerubah !
Before Motherhood, ku belum kenal pashmina seperti sekarang, jadi cuman pake either kerudung paris segi 4 atau jilbab instan tak bermodel.
Selain model, dulu ku juga cuma kenal jilbab warna dasar: hitam, putih, navy. After Motherhood, ku sudah berani pakai bermacam warna & motif.
Dulu ku sering cari aman dengan basic T-shirt & jeans. Setelah jadi Mamah, ku sudah berani mix & match
Kemungkinan besar ini karena setelah menikah dan punya anak, ...
- Tersedia sponsor, yaitu Si Papah, yang siap sedia mendanai pembelian beberapa potong outfit baru.
- Ku masuk ke dunia kerja yang menuntut untuk berpenampilan rapi dan profesional. Ku juga mulai belajar pake (very basic) makeup.
CHANGES IN STYLE
Eh, tapi setelah ku berkaca, penampilanku sekarang kok kembali lagi seperti jaman gadis dulu
Wajahku kembali bareless; pake bedak aja gak sempet, sis, apalagi gambar alis & mata kucing |
Ternyata style-ku berubah tidak hanya sebelum dan sesudah menjadi Mamah, tapi juga during VS. after toddler. Foto-foto after diatas diambil saat Si Kakak berusia 3 tahun ke atas. Sementara saya sekarang masih berkutat dengan Baby Sha yang 2018 ini masih di bawah 2 tahun.
Penampilan saya, atau mungkin juga para Mamah lain, bisa beda antara during VS. after toddler kemungkinan karena ...
During Toddler
|
After Toddler
|
Anak masih sangat ketergantungan pada Mamah. Gak kelihatan sebentar aja anak udah panik, padahal Mamah cuma pengen mandi & ganti baju.
|
Anak lebih mandiri secara emosional sehingga sudah merasa aman walau tanpa Mamah. Mamah jadi punya waktu sebentar untuk bebas dandan & pilah pilih baju.
|
2 - 3 tahun pertama adalah masa menyusui. Jadi pilihan baju Mamah terbatas pada kategori busui-friendly, kemeja, dan baju dengan resleting/kancing depan.
|
Karena sudah lulus mengASIhi, Mamah bisa bebas pilih baju model apa aja. Hello again, T-Shirt!
|
Fase oral anak baru akan berakhir sekitar usia 18 bulan. Mamah tidak ingin mengambil resiko manik-manik kalung Mamah tiba-tiba ada di dalam mulutnya. Jadi, bye, accessories.
| "Aksesoris, aku hanya pergi tuk sementara". Dengan berakhirnya keinginan anak untuk memasukkan apapun ke mulutnya, Mamah bisa lebih bebas memakai aksesoris. |
… (tambahkan sendiri berdasarkan pengalaman)
|
Setelah berkali-kali berubah dalam kurun waktu kurang lebih 1 dekade, ku sadar akan beberapa hal:
- Penampilan Mamah adalah kebanggaan anak
Ku ingat dia pernah bilang:
“Mamah kok bajunya aneh gitu sih?”
saat saya cuek saja jemput sekolah Si Kakak pake atasan, bawahan & jilbab gak ada yang matching,
dan ...“Mamah pake bedak sama lipstik ini loh, Mah, biar keliatan cantik kayak Mamahnya teman-temanku”
(yah maklum.. sebagian besar memang antar jemput anak dengan make-up paripurna)
Ah.. Malu rasanya sudah membuat Si Kakak merasa malu di depan teman-temannya.
Sadar atau tidak, Mamah adalah satu dari sedikit hal berharga yang anak-anak miliki, dan pastinya mereka ingin membanggakan apa yang mereka punya. Jadi, saya harus terus berusaha menjadi Mamah yang bisa dibanggakan oleh anak, termasuk dengan berdandan rapi dan terlihat enak dipandang lingkungan sekitar Inilah motivasi saya untuk melawan malas
- Judging the book by its cover
Muka pucat tanpa rona lipstik. Kantong mata tidak tersamarkan BB Cream. Jilbab miring. Pakaian kusut.
Secara mengejutkan, penampilanku yang 'apa adanya' seperti ini mengundang komentar miring dari banyak orang. Secara tersirat, ku mendapat kesan bahwa mereka mengira ku tidak bahagia setelah berhenti mengajar dan jadi ibu rumah tangga.
Padahal sebenarnya,
Ya gimana jilbab gak miring & baju gak kusut, secara Baby Sha masih sering minta gendong.
Ya gimana mau pake lipstik & BB Cream kalau Baby Sha keburu nangis pengen jalan-jalan di luar.
Bukannya saya tidak bahagia.
Ternyata tidak sedikit orang yang masih judging the book by its cover. Maybe that's why appearance (also) matters.
- Mempercantik diri bukan prioritasku saat ini
Tidak dapat disangkal ya: Setelah melahirkan, prioritas Mamah berubah. Mamah pun berubah. Dalam fase hidup yang berbeda, masalah yang dihadapi pun berbeda. Dunia yang diramaikan dengan gelak tawa anak-anak adalah dunia yang jauh berbeda dari kehidupan saat single dulu. Sebagai orangtua, ku sudah tidak bisa lagi memikirkan diri sendiri.
Jika ku punya 15 menit sebelum jalan-jalan ke mall, misalnya, tentu ku akan mendahulukan
dandanin anak-anak atau packing 'perbekalan' anak-anak, macam minum & cemilan. Ya daripada alis sudah tergambar rapi, tapi lupa bawa popok & baju ganti. Yah, maklum saya juga #TimGakPakeART
Fashionable sudah bukan lagi syarat utama dalam pemilihan baju, tapi juga ...
- NYAMAN, karena banyak kegiatan fisik yang Mamah lakukan. Ngejar anak yang sibuk explore kesana kemari, misalnya.
Andalan: KEMEJA! Nyaman Busui-friendly Simpel
|
- SIMPEL & PRAKTIS, karena kemungkinan besar akan ada momen anak tiba-tiba bilang “Mah.. Pengen pup!” tidak peduli sudah se-yahud apa penampilan Mamah saat itu. Bayangkan cebokin anak dan Mamah pake dress yang lebar bawahnya 2 meteran, atau baju model bell sleeves. Biasanya saya terpaksa lepas semua baju dan berganti ke daster andalan. Bayangkan kalau outfitnya ada beberapa lapis dan jilbab di model macam-macam. Pakai - lepas - ulang lagi dari awal.
- RAPI & BERSIH, agar tidak terlihat lusuh & kumal. Duh!
Tapi yang jauh lebih penting lagi, ...
- Wear whatever makes you happy
Ibu yang bahagia = keluarga bahagia
Karena Mamah adalah pusat emosi keluarga, maka seberapa senang hati Mamah berpengaruh pada kebahagiaan & kesuksesan anak-anak.
Bahagia itu relatif ya.. Ada yang senang hatinya kalo terlihat stylish dengan make-up flawless. Ada yang sudah senang asalkan anak senang, tak perduli bagaimana rupa Mamah. Ya sebahagianya Mamah aja kayak gimana
Satu hal lagi yang bikin ku happy dan enjoy menjalani kelusuhan seorang Mamah ini:
These days shall pass!
Seperti yang sudah kujabarkan di atas, ku sudah mengalaminya jaman Si Kakak dulu. Believe me. Setelah anak usia 3 tahun, Mamah bisa lebih bebas dandan dan dress up.
Berbahagialah!
Komentar
aku udah byk bgt mbaca tulisan di blog tentang boulet jpurnal ini. sempet mau coba dan udah punya bukunya
ternyata masalahnya cuma 1. aku nggak bisa konsisten ngisi journal. wkwkw
sumpah mbak mager. emang mbak kalau bikin gitu nggak makan banyak waktu kah?
penasaran aku tuh kok org2 bisa betah nulis cantik2 gtu di kertas. pasti butuh waktu nggak sebentar kan?
Kalau Mbak memang gak punya waktu banget untuk bikin spread-nya, Mbak bisa pake printables yang sudah banyak berseliweran di jagat maya, haha.
Tinggal print. Langsung isi.
Kebetulan saya juga pakai beberapa printables yang cocok dengan kebutuhan saya. Yang lainnya, saya bikin sendiri. Paling 30 menitan, Mbak. Gak harus dihias cantik2 banget. Pokoknya fungsional.
Nanti saya tulis lagi tutorial bullet journal ;)
Tapi menurut saya sih ini karena saya bekerja di rumah. Saat saya masih mengajar di sekolah waktu masih anak pertama, penampilan saya lebih gak amburadul, mungkin karena tuntutan profesi.
Kalau aku sih masih apa adanya, gak jauh beda dari sebelum menikah, karena memang sekarang masih belum dikaruniai anak. Jadi pengen cepat-cepat punya anak deh. 😄
Mungkin karena makin bahagia setelah jadi Mamah, jadi terlihat juga di wajah ya, jadi banyak senyum. Haha..
Mudah2an segera dikaruniai anak, Mbak.