Pada peringatan 100 tahun ITB (Institut Teknologi Bandung) beberapa minggu lalu, Bapak Presiden berpesan "Indonesia tidak boleh kalah dalam persaingan global".
Amanat ini senada dengan yang disampaikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada perayaan Hari Anak Nasional tahun lalu:
Anak Indonesia harus kompetitif dalam persaingan global
Keterampilan Berpikir Kritis
Menurut Robert J. Sternberg dalam bukunya "Understanding and Increasing Intelligence" (1986), dengan berpikir kritis, anak akan mampu memecahkan masalah dan membuat keputusan.
Anak yang berpikir kritis belajar konsep baru tidak hanya dengan menerima informasi begitu saja, tetapi dengan menganalisa dan mengeksplorasi.
Selain itu, anak dapat menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk mencari alternatif solusi, memperhitungkan, dan melakukan evaluasi.
Berpikir kritis adalah sebuah kecakapan hidup yang perlu dikembangkan melalui proses, bukan kemampuan bawaan seperti bakat. Keterampilan berpikir kritis yang dilatih terus menerus akan menjadi kebiasaan, sehingga saat anak menemui masalah, (hopefully) mereka dapat memecahkannya dengan cepat, tepat, dan efisien.
Nah kita bisa melatih keterampilan berpikir kritis anak dengan melakukan percobaan sains sederhana.
Si Kakak dan Sha melakukan percobaan membekukan susu dengan es batu dan garam |
Jangan khawatir kalo Mamah tidak tahu apa sebabnya Coca Cola bisa muncrat kalau dicemplungin ke Mentos, misalnya. Inti dari percobaan sains sederhana sebenarnya bukan mengetahui kenapa suatu reaksi bisa terjadi, tapi untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis anak.
Untuk memancing anak agar dapat berpikir kritis, Mamah bisa melakukan proses ABC:
A - Amati. Lakukan investigasi bersama anak. Kumpulkan informasi menggunakan panca indera.
B - Bayangkan / Bertanya. Biarkan mereka bertanya-tanya. Biarkan rasa penasaran mereka muncul. Biarkan anak memprediksi apa yang akan terjadi.
C - Cek / Cari tahu. Cari tahu jawaban dari berbagai sumber, atau uji coba hipotesis mereka dengan melakukan percobaan / eksperimen dan ketahui hasilnya.
Konsep ABC ini ku pelajari dari Ibu Yuni Widiastuti, S.Si, M.Psi.T, founder Rumah MainSTrEAM. Sebuah komunitas yang cocok untuk ibu dengan anak usia sekolah sepertiku, karena mereka selalu mengadakan aktivitas yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis anak melalui Instagram dan Whatsapp Group.
Sejak bergabung dalam grup Ibu MainSTrEAM, aku dapat banyak sekali ide bermain sambil belajar untuk Si Kakak (9 tahun) dan Sha (3 tahun), salah satunya dengan melakukan percobaan sains sederhana.
Manfaat Percobaan Sains Sederhana untuk Anak
Beberapa keterampilan berpikir yang bisa dilatih dan dikembangkan dengan percobaan sains sederhana, antara lain:1. Bertanya
Kepo dan banyak tanya. Ini sebenarnya adalah sifat anak yang perlu dipelihara. Pasti pernah kan anak Mamah gak berhenti tanya "Kenapa begini?", "Kok begitu?", "Apa ini?", "Siapa itu?" Nah itulah cara anak belajar memahami dunia mereka.
Untuk mendorong rasa ingin tahu anak, jangan langsung berikan jawaban dari pertanyaan mereka. Usahakan anak tidak menerima informasi begitu saja agar anak terbiasa berpikir kritis. Biarkan mereka mencari sendiri jawaban dari pertanyaan itu dengan pengamatan (dijelaskan lebih lanjut pada poin selanjutnya).
Sebagai contoh nih: saat Si Kakak dan Sha melakukan percobaan membekukan susu dengan es batu dan garam, aku cuma bilang ke mereka, "Kita coba bikin es krim yuk" sambil ku taruh alat dan bahan yang dibutuhkan untuk eksperimen di depan mereka: susu cair, garam, serta plastik zip lock ukuran besar dan kecil.
Nah, mulai deh aku diberondong dengan pertanyaan:
"Hah? Es krim? Emang bisa? Caranya gimana? Kok pakai garam? Buat apa? Es krim itu terbuat dari susu ya?" Tidak ada pertanyaan mereka yang ku jawab.
Aku cuma bilang, "Kita cari tahu sama-sama ya".
Mamah bisa memancing pertanyaan anak dengan bertanya duluan:
"Menurutmu, apa yang sedang terjadi?"
"Bagaimana menurut pendapatmu?"
"Kita bisa mencari tahu dengan cara apa ya?"
Eksperimen sains sederhana: simulasi gunung meletus |
2. Mengamati
Setelah anak bertanya-tanya, selanjutnya adalah memperhatikan hal-hal yang bisa membantu mereka menjawab pertanyaan tersebut. Anak dapat mengumpulkan informasi yang mereka butuhkan dengan mengamati. Melalui pengamatan, anak berusaha menemukan apa yang sedang terjadi dan bagaimana hal itu bisa terjadi menggunakan panca indera.
Mamah dapat membantu anak selama melakukan pengamatan dengan menanyakan:
- "Indera apa yang bisa kita gunakan untuk mengamati?"- "Bagaimana kita bisa mengamati ini?"
- "Apa yang kamu perhatikan?"
3. Membandingkan
Keterampilan membandingkan ini adalah bagian dari pengamatan. Anak belajar memperhatikan apa ada yang sama, atau apakah ada yang berbeda. Setelah mengamati dan membandingkan, anak bisa menggunakan apa yang mereka temukan untuk menjawab pertanyaan. Dengan membandingkan, mereka tahu apa yang sedang mereka amati. Jadi tidak sekedar mengamati tanpa tujuan yah; anak tahu informasi apa yang mereka cari.
Seperti dalam percobaan tersebut di atas, Si Kakak membandingkan tekstur dan suhu es krim dan susu cair: tekstur es krim lebih padat dan suhunya jauh lebih dingin dibandingkan susu. Nah, dari sini Si Kakak tahu yang harus dia amati adalah perubahan tekstur dan suhu susu cair. Selain itu, dia juga mencari cara untuk membuat tekstur susu menjadi lebih padat dan suhunya lebih dingin menggunakan alat dan bahan yang ada.
4. Menyelidiki
Informasi yang mereka dapatkan dari mengamati dan membandingkan selanjutnya akan menjadi bukti. Menggunakan informasi tersebut, anak kemudian membayangkan dan menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Bukan asal tebak yah; melainkan memprediksi berdasarkan bukti yang ada. Jadi Mamah bisa menanyakan:
5. Mencoba
Tidak hanya mengandalkan prediksi, langkah selanjutnya adalah menguji coba. Setelah membayangkan apa yang akan terjadi, anak mengetes apakah dugaan / hipotesis mereka benar. Dengan begitu, anak akan tahu mana informasi yang benar, mana yang salah, atau mana cara yang berhasil, mana yang tidak.
Untuk menggiring anak ke arah cara uji coba yang tepat, Mamah bisa menanyakan:
- "Bagaimana kamu bisa tahu idemu akan berhasil atau tidak?"
Manfaat Percobaan Sains Sederhana Untuk Mamah
Iya betul. Bukan cuma anak yang bisa merasakan manfaatnya, Mamah juga. Dengan melakukan percobaan sains sederhana bersama anak, tidak hanya keterampilan berpikir kritis anak yang akan dikembangkan, keterampilan berpikir kritis Mamah juga akan diasah.
Kalau selama ini rasa ingin tahu Mamah banyak dicurahkan untuk akun gosip, bisa nih sekarang dipakai juga untuk percobaan sains sederhana bersama anak:
"Emang kenapa sih es batunya harus ditaburi garam? Fungsinya buat apa? Googling ah.."
Selain itu, yang cukup menantang buatku adalah untuk mencari cara menuntun anak menuju pemikiran yang benar dan supaya "jawabannya" enggak terlalu melenceng, hahaha..
Coba bayangin deh: gimana caranya mengarahkan anak supaya berpikir (bukan langsung memberitahu ya) bahwa garam, meskipun bisa mencairkan es batu, tapi bisa menjaga suhunya tetap dingin. Kita bener-bener harus putar otak.
Si Kakak dan Sha melakukan eksperimen menggunakan cola dan susu |
Melakukan percobaan sains sederhana dengan anak juga bisa melatih kesabaran Mamah. Mamah harus membiasakan diri untuk menahan agar mulut tidak berkomentar, menyuruh, atau mengkritik. Memberitahu anak apa yang harus mereka lakukan tidak akan membantu menumbuhkan keterampilan berpikir kritis anak.
Tidak hanya itu, kritikan juga dapat berpengaruh terhadap psikologis dan percaya diri anak. Padahal kan mulut kita para Mamah nih udah gatel pengen komentar macem-macem kalau lihat anak mengerjakan sesuatu yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita:
"Loh. Es batunya kok cuman segitu sih. Susunya kan sekantong besar. Kalo gitu, kapan bekunya?",
atau "Ya harusnya dikasih gula dong, Kakak, biar rasanya manis".
Memang susah merubah perilaku yang sudah jadi kebiasaan. Perlu waktu dan pembiasaan baru. Saat melakukan percobaan sains sederhana dengan anak bisa digunakan sebagai waktu berlatih menahan diri.
Lagipula, aren't we all lifelong learners because the adventure of life is to learn? Bukankah kita semua ini adalah pembelajar sepanjang hayat? Bukan berarti kalau sudah usia 30, lalu sudah ahli di segala bidang kan?! Bukan berarti kalau sudah punya 3 anak, lalu bisa menjadi orangtua yang baik kan?! Untuk menjalani petualangan hidup, jangan pernah berhenti belajar, karena hidup tidak pernah berhenti mengajarkan sesuatu.
(3) Materi Kulwap Ibu MainSTrEAM oleh Ibu Yuni Widiastuti, S.Si, M.Psi.T
Komentar
Aku enggak jualan nih yah, haha. Cuman aku pernah lihat ada yang ngiklan di Instagram. Judul bukunya ada LITTLE CHICK, ada LITTLE BEAR. Itu board book, buku cerita, tapi intinya adalah life cycle. Dari mulai si ayam ini kecil sampek dia bisa bertelur sendiri, trus keluar anak ayam lagi.
Sama ada yang terbitan Gramedia. Judulnya kalo gak salah BUKU PERTAMAKU. Ada yang tentang tubuh. Ada yang tentang luar angkasa.
Semoga bisa jadi referensi. Selamat hunting buku :)