Tepat tanggal 6 Agustus 2017, dengan nekatnya saya memutuskan untuk berhenti menggunakan Facebook (FB) & Instagram (IG), dua social media yg seeetiap hari saya umeeek terus. I even posted a goodbye note.
Mamah lelah dengan drama yg timbul gara-gara postingan yang muncul:
Jadi BAPER, kalo liat postingan para selebritis atau influencers dengan kehidupan mereka yang 'terlihat sempurna'. Untung saya diselamatkan dari Virus Baper Nasional akibat Raisa - Hamish, karena saya pas off IG di saat-saat wedding & honeymoon mereka. fffiiiuuuhhh.. selameeet..
Jadi PARANOID, kalo lihat postingan platform berita lokal atau international, amatir atau profesional, yang menampilkan terlalu banyak detail dan gambar 'vulgar'; entah itu korban perang, kecelakaan, kriminalitas, atau banyak hal horor lainnya. Bukannya saya tak mau peduli, tapi akhirnya saya jadi kebayang-bayang berkepanjangan dan hidup akhirnya jadi ikutan sengsara.
Jadi KEPO gak penting, kalo liat postingan lapak temen-temen atau olshop. Padahal lagi gak butuh sepatu, tapi karena ada posts sepatu keren misalnya, jadi kepengeeen, trus baper lagiii. Padahal lagi gak butuh baju, tapi ya tetep aja kepoin lapak olshop butik; dari post terbaru sampai post yang berbulan-bulan lalu, yang akhirnya membuang waktu percuma.
Sudah lah. Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti bermedia sosial saat itu juga.
Setelah dua bulan, distinctively ada beberapa hal yang saya pelajari:
1) SOCIAL MEDIA BUKAN PENYEBAB UTAMA SAYA MELOTOTIN HP
Tahukah Anda berapa waktu yang Anda habiskan dengan smartphone Anda selama 24 jam? I do! It's more than 5 hours! Bahkan setelah tanpa social media pun, pemakaian HP saya masih diatas 3 jam. Ngapain aja? Ternyata saya masih suka tenggelam dalam lubang hitam Google & YouTube.
Awalnya googling untuk cari tahu sesuatu yang penting, let's say, resep masakan. Lalu berlanjutlah mblarah ke yang lain-lain yang gak penting.
Awalnya nunjukin video ke anak, let's say, tentang Naruto Whirlpool karena sedang baca buku tentang itu. Eh lalu kok jadi ke video Graham Norton Show ya?
2) SEMUA NEGATIVITY YANG SAYA RASAKAN SEBELUMNYA, HILANG!
Saya jadi bisa melihat the world as a better place dengan minimalnya berita kriminalitas dan cerita tragedi yang saya terima.
Saya tidak menjadikan selebriti sebagai tolak ukur dan pedoman perkembangan anak saya.
Saya terhindar dari kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh banyaknya OlShop yang saya jumpai di Instagram; mulai dari melayangnya uang, kurang profesionalnya pelayanan, kurangnya kualitas barang, atau bahkan penipuan.
Saya tidak perlu merasa hidup saya 'kurang', karena tidak lagi banyak yang saya jadikan 'perbandingan'.
SAYA MERASA LEBIH BAHAGIA.
3) INTERNET ISINYA BUKAN SEKEDAR SOCIAL MEDIA
Sebelum eksperimen ini, setiap kali saya unlock screen HP ya langsung cek social media. Yang awalnya cuma mau balas komen, lalu berlanjut scrolling timeline sampai bawaaah, dan ditambah lagi cek Instagram story, lalu gantian Facebook dan melakukan hal yang sama, dan lalu ada artikel yang judulnya membuat penasaran, dan lalu diklik, dan lalu klik artikel lainnya ...
MELELAHKAN! dan MEMBOSANKAN!
Tanpa social media, saya jadi mengenal Pinterest, yang merupakan tempat yang bagus banget buat cari inspirasi dan ide-ide, dan lalu terhubung ke blog-blog hebat yang tak jarang penulisnya adalah seorang ibu, dan akhirnya memotivasi saya untuk menulis blog juga ...
INSPIRATIF! dan MEMOTIVASI!
4) SOCIAL MEDIA WORKS AT ITS BEST (FOR ME) KALAU DIPAKAI SESUAI FITRAHNYA
Masih teringat awal saya menggunakan Facebook ialah untuk terhubung dengan teman-teman yang sudah lama terpisah; dan memang itulah misi yang (dulu) mereka usung, bukan?
Selama vacuum dari social media, dan sudah resign dari pekerjaan, jadi lebih sedikit forum tempat saya bersosialisasi. Not that I'm a sociable person *laugh nervously*, tapi somehow jadi kangen sama teman-teman karena tidak tahu kabar mereka. Dan itulah yang mendorong saya untuk kembali bermedia-sosial.
Senang rasanya tahu how my friends are doing saat ini. Serasa being updated.
Senang rasanya bisa berbincang lewat komen.
Senang rasanya bisa terhubung kembali dengan orang-orang yang saya kenal.
... and that's it.
Saat saya kembali, saya membuat janji dengan diri saya sendiri: bahwa media sosial hanya akan saya gunakan untuk update kabar dari kawan-kawan - dan itu tidak perlu dilakukan tiap jam. 15-30 menit di pagi hari (atau kapanpun waktu pilihan Anda sendiri) semestinya sudah cukup untuk scrolling down posts baru yang muncul di timeline dan balas komen-komen.
Aktif di sosial media memang halal, dan penting, khususnya jika Anda mempunyai bisnis atau mempunyai misi mengkampanyekan gerakan positif.
Namun, jika Anda sudah merasakan energi negatif yang saya rasakan dulu, mungkin ada baiknya Anda melakukan apa yang saya lakukan - istirahat sebentar - dan lihat apa hasilnya buat Anda, dan selanjutnya bisa membentuk kebiasaan yang lebih bijaksana dan bermanfaat.
Anda tidak akan penah tahu kalau belum mencoba, ya kan!
Komentar
Hanya sesekali buka laptop untuk hiburan, jujur semacam ada ketenangan tersendiri, tidur lebih nyenyak dan teratur.
Mungkin efek berkurangnya radiasi sinar biru dari gadget jadi lebih enak untuk istirahat
Kalau saja sekarang tidak menggantungkan pekerjaan dari social media, I'd be gladly doing it again.
Awalnya FB, waktu dulu urutan feed FB masih berdasarkan kronologis, saya scroll terus tuh sampai ketemu postingan terakhir yg dibaca sebelumnya. Lalu begitu FB ganti algoritma, jadi males sendiri scroll FB, jd otomatis berkurang sendiri frekuensinya.
Lalu beralih ke IG, scroll 1 jam lebih itu ga terasa sama sekali, kacau, wkwk. Kalau ga di-scroll2 berasa FOMO aja. Hingga suatu ketika merasa ini tuh ga sehat, akhirnya mencoba berhenti scroll2 lama. Ga sampai uninstall sih, dan bertahap juga. Tapi sekarang udah bisa di posisi ga pernah FOMO lagi walau ga liat IG beberapa waktu.
Twitter, saya baru bikin akun tahun 2018. Awal2 biasa aja, lama2 malah keseringan nelusurin berbagai thread. Twitter akhirnya saya uninstall.
Dipikir2 biasanya bisa browsing/medsosan/main game lama itu krn masih kacau manajemen waktunya, lupa dengan hal2 lain yg mestinya dikerjakan >.<
Tapi aku seneng mba. Gilaaa, itu 5 hari teradem yg pernah aku rasain sjk ada hp :p. Ga ada message dr bos, ga ada masalah kerjaan, ga liat detik liat medsos, dan aku bisa konsen bener2 saat bicara dengan temen2 :). Kami ngobrol, ketawa kayak dulu sebelum hp ada dan hype :p.
Balik dari Korut, lgs deh rusuh lagi hahahaha. Sibuk ga jelas lagi. Mungkin aku hrs coba utk detox. Tapi ntahlah kapan mau mulai . Soalnya jujur hp aku susah lepas Krn memang kerjaanku juga mengharuskan utk liat gadget setiap saat. . Bisa siiih medsos aku apus biar ga tergoda, tp dipikir2, aku sbnrny ga ngerasa terganggu Ama medsos ini. Postingan2 yg aku anggab toxic, sbnrnya bisa aja aku Block. Ga harus aku nya yg tutup akun. Mungkin itu juga sih mba yg bikin aku blm mau utk ngelakuin detox
sukarela duluu :D.
Dulu itu aku bener-bener yang judeg bludreg banget gegara sosmed, Mbak. Makanya aku butuh putus hubungan dulu. Akhirnya itu bisa jadi moment of clarity. Sebenernya enggak perlu anti, tapi perlu (pinter2) filter.