Muna Fitria a.k.a. mamahfaza di sini.
Setiap orangtua pasti berharap anak bisa mewarisi (hanya) hal-hal baik dari ayah dan ibunya. Saat aku tahu ada riset yang membuktikan bahwa kecerdasan anak berasal dari ibunya, wah bangga dan lega rasanya. Namun sayangnya, bersama itu aku mewariskan hal yang lain pula: risiko alergi.
Awal Mula Tahu Anak Memiliki Alergi
Si Kakak, anak pertamaku, sudah menunjukkan reaksi alergi bahkan beberapa hari setelah lahir dan mulai mengonsumsi susu soya mulai usia 1 tahun. Sayangnya, aku tidak menyadari sejak awal bahwa ini semua adalah reaksi alergi:
- Pipinya memerah; terkadang hanya terlihat seperti bintik-bintik, tapi di lain waktu terlihat seperti luka lecet yang berair. Orang-orang bilang ini disebabkan ASI yang lengket dan menempel di kulit.
- Napasnya berbunyi “grok..grok..” Dikutip dari The Asian Parent, memang sebenarnya hal ini normal dialami bayi baru lahir. Lendir secara alami diproduksi di saluran pernapasan untuk melindungi dari benda-benda asing yang masuk, seperti debu. Berhubung saluran pernapasan bayi masih kecil dan bayi belum punya refleks mengeluarkan lendir, jadilah terdengar bunyi grok..grok..
- Kepalanya berkerak parah; hampir seluruh permukaan kulit kepalanya tertutup busik. Hal ini juga tergolong normal untuk bayi baru lahir. Dikutip dari Alodokter, busik ini muncul karena pengaruh hormon ibu di rahim yang memicu produksi minyak berlebih di kulit kepala bayi.
Saat kontrol rutin ke DSA (dokter spesialis anak), beliau mencurigai tanda-tanda di atas sebagai reaksi alergi. Setelah menggali riwayat alergi di keluargaku, barulah DSA mengonfirmasi bahwa Si Kakak mempunyai bakat alergi.
FYI, aku sendiri memiliki asma yang disebabkan alergi. Begitu juga dengan adikku. Dan almarhumah ibuku. Dan 5 dari 9 paman dan bibiku. Juga almarhumah nenekku. Dan sekarang, 2 dari 3 anakku pun memiliki alergi. Jadi memang alergi ini adalah warisan genetik yang turun temurun dari generasi ke generasi. It runs in the family.
Ditambah lagi, suamiku ternyata menderita rhinitis (peradangan rongga hidung) akibat alergi. Udah deh. Klop. Dengan kedua orangtua yang memiliki alergi, risiko alergi Si Kakak mencapai 60-80%. Mamah juga bisa mencari tahu seberapa besar risiko anak menderita alergi di www.cekalergi.com Di sana Mamah akan diberi beberapa pertanyaan terkait riwayat alergi pada keluarga.
Baca Juga: Training Bottle MUGU, Pengganti Sippy Cup yang Lebih Aman dan Nyaman
Melengkapi Nutrisi Anak yang Terlewatkan
Kita mengenal 1000 Hari Pertama Kehidupan. Nutrisi dan stimulasi pada periode ini akan sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak hingga dewasa. Kemudian ada juga Golden Age dimana otak anak berkembang pesat hingga 80% hingga usianya 5 tahun. Karakter anak akan lebih mudah dibentuk pada masa ini.
Hal ini cukup untuk membuktikan bahwa sebenarnya the future is now, and our now is us living our future. Artinya, masa depan anak bergantung pada apa yang kita lakukan sekarang.
Di usia yang hampir 10 tahun, alergi susu Si Kakak masih belum sepenuhnya hilang. Memang sih kuakui aku melakukan kesalahan. Untuk mengurangi sensitivitas alerginya, seharusnya dulu aku memperkenalkan makanan dan minuman pemicu alergi (alergen) untuk meningkatkan toleransi pada alergen tersebut. Seandainya dulu aku lakukan ini, lama kelamaan tubuh Si Kakak akan kebal terhadap alergennya sehingga dia bisa menikmati manfaat susu dan produk olahannya. Tapi waktu tak bisa kembali.
Menurut artikel dari eatright.org yang kubaca, susu dan produk olahannya adalah sumber utama kalsium dan mineral penting yang dibutuhkan untuk membentuk tulang dan otot yang kuat. Susu juga adalah sumber protein yang baik, dimana 1 cangkir (~240ml) susu mengandung 8 gram protein. Selain itu, susu juga menyediakan nutrisi penting lain, seperti vitamin D dan potasium, yang sering kurang didapat dari makanan anak.
Banyak banget ya kandungan nutrisi susu yang terlewatkan karena alergi. Huhu. Lalu bagaimana anak yang menderita alergi dan tidak bisa minum susu sapi bisa mendapat protein dan kalsium?
Tidak bisa minum susu sapi bukan berarti tidak bisa mendapatkan manfaatnya. Masih dari eatright.org, susu soya bisa kok memberikan asupan protein. Susu soya juga bisa menjadi sumber kalsium dan vitamin D jika memang diperkaya dengan nutrisi tersebut.
Jangan sampai ada penyesalan ya, Mah, jika anak menderita alergi. Ingat? Waktu tak bisa kembali. Kita bisa kok mulai sekarang memenuhi kebutuhan nutrisinya, meskipun ada beberapa makanan dan minuman yang harus dilewatkan karena memicu alergi. Berhubung Si Kakak alergi susu dan seafood, berikut beberapa contoh nutrisi harian terbaik yang ku berikan untuk Si Kakak:
- Selain dari susu soya, asupan protein nabati Si Kakak biasanya dari tempe dan tahu.
- Protein hewani didapat dari daging ayam, daging sapi, daging kambing (hanya saat qurban, hehe) dan telur.
- Masakan di rumah harus selalu ada setidaknya 1 menu berbahan dasar sayuran untuk asupan vitamin dan mineral. Sayangnya hanya sedikit ragam sayuran yang dia mau makan, diantaranya wortel, bayam, sawi, kailan.
- Sumber lemak yang rutin dikonsumsi Si Kakak antara lain alpukat dan kacang.
- Yang terpenting, karbohidrat untuk menghasilkan energi biasa didapat dari nasi, kentang, pisang, dan pasta.
Susu Soya Untuk Si Kakak
Memang reaksi alergi Si Kakak sudah jauh berkurang seiring bertambahnya umur, tapi belum sepenuhnya hilang. Saat Si Kakak mengonsumsi makanan atau minuman dengan kadar susu yang tinggi secara terus menerus, reaksi alerginya akan muncul. Karena itulah, sampai usianya sekarang hampir 10 tahun, aku masih memberikan susu soya untuk Si Kakak. Saat ini, susu yang dia konsumsi adalah Morinaga Chil*School Soya.
Berikut ulasan berdasarkan pengalamanku dan Si Kakak:
Rasa Morinaga Chil*School Soya
Sudah bukan rahasia ya jika rasa susu soya (katanya) kurang enak dibandingkan susu sapi. Tapi secara mengejutkan, Si Kakak doyan banget dengan rasa Vanila susu soya dari Morinaga ini. Selama beberapa hari pertama mencoba Morinaga Chil*School Soya, Si Kakak bisa menghabiskan 3 gelas dalam sehari. Haha. Alhamdulillah. Selain rasa Vanila, Morinaga Chil*School Soya juga tersedia dalam rasa Madu.
Kemasan Morinaga Chil*School Soya
Berbeda dari susu formula lain yang umumnya dalam kemasan 400 dan 800 gram, Morinaga Chil*School Soya rasa Vanila ini tersedia dalam kemasan kotak 300 gram.
Seperti yang aku ceritakan sebelumnya, aku harus tetap memberikan susu sapi untuk meningkatkan toleransi tubuh Si Kakak terhadap penyebab alerginya. Jadi aku berikan Morinaga Chil*School Soya berselang-seling dengan susu UHT. Karenanya, kebutuhan susu soya Si Kakak tidak terlalu banyak dan kemasan 300 gram ini cocok dengan kebutuhanku. Lagipula, susu soya harus dihabiskan dalam waktu 3 minggu sejak pertama dibuka. Kemasan 300 gram mencegah terbuangnya susu jika tidak habis dalam jangka waktu tersebut.
Kandungan Morinaga Chil*School Soya
FYI, Morinaga Soya adalah satu-satunya formula pertumbuhan dengan protein soya yang diakui BPOM loh. Ditambah lagi, Morinaga Chil*School Soya juga mengandung:
- Nutrisi Kolin, asam lemak esensial AAL & AL (Alfa-linolenat & linolelat), dan Zat Besi untuk kecerdasan multitalenta;
- Kombinasi Probiotik (bakteri baik) dan Prebiotik GOS (makanan bakteri baik) dengan 3 jenis Bifidobacteria yang bersinergi untuk kesehatan saluran cerna dan meningkatkan daya tahan tubuh. Pertahanan tubuh ganda adalah hal esensial yang sangat dibutuhkan terutama di masa pandemi ini ya, Mah;
- Kombinasi Vitamin D dan Kalsium dalam susu pertumbuhan Morinaga membantu untuk menjaga kepadatan tulang dan gigi untuk tumbuh kembang optimal;
- Dilengkapi dengan kandungan AA dan DHA.
Mamah bisa memberikan Morinaga Chil*Kid Soya untuk anak usia 1-3 tahun dan Morinaga Chil*School Soya untuk anak usia 3-12 tahun yang mempunyai intoleransi laktosa, atau alergi susu. Untuk informasi mengenai produk-produk berkualitas lain dari Morinaga, Mamah bisa follow IG @morinagaplatinum.
Semangat memenuhi kebutuhan nutrisi anak untuk mendukung mereka menjadi Generasi Platinum ya, Mah
Komentar
Nah Krn mereka jg ga asi, pas bayi aku pernah cobain ksh soya yg utk bayi, berbagai merk dicoba, tp sayangnya ga cocok juga :(. Sampe akhirnya DSA nya nyaranin susu alergi yg bener2 untuk bayi alergi begini, pregestimil, dan cuma dijual di apotik dan RS tertentu. Mana harganya muahaaal dan sekaleng cuma cukup seminggu wkwkwkwkwk. Setahun lebih tuh mereka minum susu itu.
Begitu udh bisa lepas, baru aku coba susu soya, sempet nyobain yg Morinaga ini, dan si Kaka suka, tapi adek ga :D. 1.5 THN juga si Kaka nyobain, baru kemudian pelan2 sufor yg biasa. Alhamdulillah skr udh ilang sih alerginya. Untung ga kebawa sampe lama.