Sejak pertengahan tahun lalu, balance bike sepertinya sedang naik daun di Indonesia. Terbukti dengan naiknya jumlah pencarian Google dengan kata kunci tersebut, dan banyaknya kenalan dunia maya yang menawarkan pre-order balance bike di Instagram dan Whatsapp.
Banyak yang menyatakan bahwa balance bike adalah cara cepat mengajari anak bersepeda. Benar begitu? Sha (4 tahun per April 2021) sudah mulai pakai sejak usia 2 tahunan. Terus bagaimana hasilnya? Yuk, Mah! Baca terooos sampai akhir.
Apa itu Balance Bike?
Balance bike pada dasarnya adalah sepeda tanpa pedal, tanpa rantai, dan tanpa rem. Jadi benar-benar hanya dua roda, rangka sepeda, serta sadel. Cara mengendarainya adalah dengan mengandalkan gaya dorong dari kaki anak. Begitu juga untuk mengerem / menghentikan balance bike, anak harus menggunakan kakinya.
Tapi ada juga kok balance bike model lain. Beberapa kali, aku menjumpai banyak iklan balance bike model 3-in-1 berseliweran. Dari bentuk awal dengan dua roda, balance bike hybrid ini bisa dirubah menjadi roda tiga dengan cara membentangkan roda belakang, dan dilengkapi dengan pedal di roda depan. Harganya pun murah-murah: mulai dari Rp 300.000 udah dapet, jeeeng.
Balance Bike untuk anak usia berapa?
Saat awal belajar mengendarai balance bike, anak seperti sedang berjalan dengan mengapit sepeda diantara dua kakinya. Karena itulah kiranya balance bike bisa digunakan mulai usia 18 bulan, atau saat anak sudah lancar berjalan.
Umumnya balance bike hanya tersedia dalam satu ukuran, jadi mungkin hanya dapat digunakan hingga anak usia 5 tahun. Lebih dari itu, rasanya mengajari anak bersepeda dengan balance bike akan kurang efektif, karena badan anak sudah jauh lebih besar dan tinggi dibandingkan ukuran balance bike-nya.
Namun misalnya usia anak Mamah sudah lebih dari 5 tahun, tapi mau mengajari anak bersepeda dengan konsep balance bike, bisa kok. Caranya: gunakan sepeda biasa ukuran 14" atau 16" (sesuaikan dengan tinggi badan anak), lalu copot pedal dan rantainya. Jadilah balance bike. Hehe.
Apa gunanya Balance Bike?
Anak bersepeda mengandalkan keseimbangan. That's the basic skill. Kemampuan dasar yang harus dikuasai untuk bisa mengendarai sepeda adalah menyeimbangkan diri di atas roda dua. Jadi sudah seharusnya anak belajar ini dulu dengan balance bike, baru kemudian belajar mengayuh dengan sepeda biasa.
Anggaplah anak sudah pandai bersepeda roda 4 menggunakan roda bantu (training wheels). Sudah piawai mengayuh, bisa jalan ngebut, ambil haluan kanan kiri putar balik juga sudah lihai.
Lalu saat roda bantu dilepas, apa yang akan terjadi? Apa mereka langsung bisa mengendarai sepeda roda 2? Tidak. Anak masih harus belajar menyeimbangkan diri supaya tidak jatuh.
Artinya, kemampuan anak untuk mengayuh, berbelok, dan lain-lain tadi sementara harus dikesampingkan dulu (unlearn), dan anak harus kembali ke awal: learn the basic skill, yaitu keseimbangan.
Review Balance Bike
Balance bike punya Sha merknya Maynine. Suamiku beli tahun 2019; jaman balance bike masih belum terdengar gaungnya. Harganya berkisar antara Rp700.000 - Rp1.200.000. I know. Mahal, right? Aku lupa harganya berapa. Yang pasti, aku inget dulu aku kaget banget karena harganya bisa hampir sejuta, wkwkwk.
Setang dan sadelnya adjustable, bisa disesuaikan tingginya. Bannya terbuat dari busa padat, artinya ban tidak akan bisa kempes. Karena tidak ada udara di dalamnya, foam tires (ban yang terbuat dari busa) tidak bisa meredam efek benturan. Jadi kalau anak naik balance bike melewati medan bergelombang, ya pasti akan terasa jendolannya; karena ban tidak shock absorbent. Tapi kalau hanya untuk berkendara di jalan aspal atau berpaving, ban model ini sudah cukup lah.
Balance bike ini ringan sekali. Yang tertulis di website-nya sih beratnya 5kg. Tapi menurutku enggak sampai segitu ah, karena Sha saja bisa angkat dengan mudah.
Kisah Sukses Sha Belajar Bersepeda
Sha mulai dikenalkan pada balance bike sejak usia 2 tahunan. Tentu saja awalnya dia takut naik karena beberapa kali terjatuh. It's okay. Kami tetep ajak dia untuk cobain terus.
Kami manfaatkan fase dimana konsep ego atau rasa kepemilikan anak usia 2 tahun sedang berkembang. Sengaja kami biarkan Si Kakak mengendarai balance bike-nya, supaya Sha merasa 'terancam' karena barang miliknya akan diambil orang lain.
"Ini sepedaku!", tegasnya setiap kali balance bike dipakai Si Kakak. Lalu dinaikinya balance bike itu. Masih takut sih kelihatannya. Tapi karena tidak rela barangnya dipakai orang lain, Sha mau tak mau jadi sering naik balance bike dan belajar mengendarainya.
Dari yang tadinya hanya di dalam rumah, karena sudah makin lancar, Sha kami ajak untuk berlatih di medan yang lebih luas: di luar rumah. Nah, inilah saat cobaan mulai datang menerpa: cibiran tetangga nyinyir.
"Duh. Kasian, Mbak. Masak naik sepeda kayak jalan kaki gitu. Capek dong dia."
"Loh. Pedalnya mana? Sepeda apaan tuh enggak ada pedal."
"Kok kayak sepedanya topeng monyet sih."
*helanapaspanjang *hembuskan
Ingin ku marah melampiaskan. Tapi ku hanyalah tersenyum simpul sambil menjelaskan bahwa dengan berlatih pake balance bike begini, Sha akan lebih cepat bisa bersepeda roda dua.
Tapi namanya lambe nyinyir kurang enak kalo enggak mencibir. Setiap kali melihat Sha balance bike-an, mereka tetep aja berkomentar yang sama. Tobat deh. Males jelasin panjang lebar terus. Silence is golden.
Setelah kira kira 1 tahun belajar naik balance bike, kami putuskan untuk 'menaikkan level' keterampilan bersepedanya ke sepeda roda 2. Kami belikan dia sepeda ukuran 12" dengan training wheels (roda bantu).
Rencana awal sih mau langsung kami lepas roda bantunya. Tapi ternyata Sha masih belum berani dan menolak naik. Akhirnya kami biarkan roda bantu terpasang selama kurang lebih sebulan. Itung-itung Sha belajar mengayuh pedal juga kan.
Setelah sebulan latihan dengan empat roda, satu roda bantu dicopot, supaya Sha bisa kembali merasakan ketidakseimbangan dan berusaha mengendalikannya.
Seminggu kemudian, kami copot kedua training wheels dan... whooosh.. Sha langsung meluncur. Sha resmi bisa bersepeda roda dua di usia 3 tahun 8 bulan.
Sama sekali kami tidak perlu mengajari Sha bersepeda dengan menuntun atau memegangi. Karena Sha sudah menguasai kemampuan dasar bersepeda berkat balance bike, tahap selanjutnya - yaitu mengayuh - akan jauh lebih mudah dilewati.
Jadi gimana, Mah? Yakin enggak mau mengajari anak bersepeda dengan balance bike?
Share kisah sukses ini pada teman-teman Mamah. Biar langsung di-checkout deh tuh balance bike-nya dari marketplace, hehe.
Selamat mengajari anak bersepeda, Mah :)
Komentar
ada tetanggaku yg juga pakai sepeda seperti ini
klo aq kebetulan belum pernah kasih anakku nyoba balance bike gini
Btw, kebayang sih gimana ramenya komentar para tetangga :))
Kalo bisa gampang ngapain susah hehe
Hafal surat tapi makhroj nya enggak fasih. Wah ya percuma, kudu balik lagi dari awal.
Awalnya sih Sha ini bersepeda di dalem rumah, Kak, hehe. Biar kalo jatuh lumayan lah enggak bocel2 kena aspal.