Sebelum tahu cara kelola keuangan pribadi, aku pernah berada dalam fase dimana waktunya gajian = waktunya belanja. Karena sudah lama kepingin beli ini itu dan sekarang aku merasa punya uang, langsung bae order sana sini. Lihat saldo di rekening, "Ah. Masih banyak." Tapi pas pertengahan bulan bingung karena ternyata uang segitu tidak cukup untuk makan sampai akhir bulan.
Itu dulu. Alhamdulillah terus belajar dan trial-and-error cara mengelola keuangan sendiri sampai akhirnya menemukan sistem yang tepat.
Cara mudah kelola keuangan sendiri ini sudah aku lakukan selama bertahun-tahun sampai kini sudah beranak tiga. Hasilnya? Alhamdulillah setidaknya keluarga kami bebas hutang sampai sekarang. Mau tahu gimana caranya? Aku jelasin satu-satu di bawah ini yah.
1. Set Budget
Budget adalah rencana keuangan untuk jangka waktu tertentu. Budget (menurutku) juga bisa disebut alokasi dana.
Set budget artinya merencanakan akan digunakan untuk keperluan apa saja pemasukan yang kita dapat, dan seberapa banyak untuk masing-masing keperluan.
Langkah pertama untuk bisa menata keuangan adalah set the budget and stick to it.
Cara mengatur budget
Pertama, kita harus tahu apa saja kebutuhan hidup kita, atau yang biasa disebut pos pengeluaran. Sebagai contoh, pos pengeluaran keluarga dengan anak pada umumnya terlihat seperti ini:
- keperluan rumah, termasuk tagihan listrik, air, dan gas;
- kebutuhan rumah tangga, termasuk perlengkapan mandi dan produk kebersihan rumah;
- makanan, termasuk beras, air minum galon, dan belanja kebutuhan dapur;
- kebutuhan anak-anak, termasuk popok, susu, dan jajan;
- dan lainnya.
Pos pengeluaran pribadi pastinya jauh berbeda dengan yang sudah berkeluarga. Berikut ini contohnya:
Budget rules
Budget rule adalah anjuran mengenai untuk apa seharusnya kita menghabiskan gaji dan seberapa banyak yang idealnya kita keluarkan.
Kenapa harus pakai budget rule? Bisa jadi kita menghabiskan seluruh gaji untuk dibelanjakan tanpa ada yang disisihkan untuk tabungan. Atau, hidup kita jadi mencekam karena diteror tagihan cicilan dari sana sini. Atau, jangan-jangan kita keberatan gaya hidup.
Anjuran alokasi gaji ini bisa membantu kita membatasi pengeluaran tertentu dan memastikan tetap ada uang yang terselamatkan untuk tabungan atau investasi.
Anggaran 70% untuk kebutuhan hidup pun masih harus dibagi lagi ke dalam pos-pos pengeluaran seperti contoh di atas. Dengan begini, aku tahu bahwa meskipun masih ada uang jutaan rupiah, jatah kebutuhan sekunder (misalnya: beli baju buat aku atau beli buku buat anak) cuman 500 ribu. Jadi aku enggak gampang kalap belanja sampai menghabiskan uang yang seharusnya untuk hal lain.
Tentukan budget rule mana yang sesuai untuk kelola finansial kalian sendiri. Karena income dan kebutuhan tiap orang berbeda dan gak bisa disamaratakan.
2. Jangan kumpulkan uang jadi satu
Trik kelola keuangan ini bertujuan agar pembagian budget jadi makin mudah dan jelas; bukan hanya perhitungan di atas kertas. Kalau uang masih jadi satu dalam rekening, misalnya, akan susah melacak kemana perginya serpihan-serpihan rupiah kita; apalagi jika tidak dicatat. Ujung-ujungnya bisa overspending alias melebihi budget.
Sistem amplop adalah trik mengatur keuangan yang diberikan dan diteladani almarhumah Ibuku. Cara simpel ini menggunakan amplop untuk memisahkan pos-pos pengeluaran. Jadi ada amplop untuk uang makan, amplop untuk uang transportasi, amplop untuk tabungan, dan seterusnya.
Jaman dulu kan jarang ada uang digital ya. Jadi gaji Ibuk yang semuanya dalam bentuk uang tunai langsung dipisahkan sesuai budget dan dimasukkan ke dalam amplopnya masing-masing. Jadi enggak ada tuh ceritanya beli skincare pake jatah uang makan.
Kalau jaman sekarang, rasanya sudah banyak produk inovatif yang bisa menggantikan fungsi amplop untuk budgeting. Contohnya:
Dompet khusus. Pernah lihat enggak iklan dompet yang didalamnya ada kantong-kantong plastik? Nah bisa jadi dompet ini lebih praktis ketimbang amplop. Lebih mudah dibawa bepergian, lebih ringkas dan tidak berceceran karena dijadikan satu dalam dompet, lebih estetik juga pastinya. Itu asumsiku sih. Aku sendiri belum pernah coba pakai.
Uang digital. Kalau ada beberapa rekening bank atau akun dompet digital, menurutku sih lebih baik satu rekening atau akun diperuntukkan satu macam pengeluaran. Misalnya, akun XXXPay hijau untuk jajan, akun XXXPay orens untuk belanja keperluan pribadi, rekening BBB untuk bayar cicilan, dan lainnya. Is it possible? Let us know in the comment karena aku sendiri lebih suka cash, hehe.
3. Pilih uang tunai (kalau bisa)
I know, I know. Cara menata keuangan ini bisa dibilang kuno sebab hari gini kan era transaksi digital. Tapi seperti yang aku ceritakan sebelumnya, cara mengelola keuangan yang aku teladani dari Ibuku adalah sistem amplop yang menggunakan uang tunai. Somehow aku merasa nyaman dengan metode ini karena ada beberapa manfaat yang aku rasakan.
Dengan minimalnya uang digital, transaksi online pun seakan dipaksa untuk berhenti. Tahu sendiri kan serangan iklan ada dimana-mana. Buka social media, iklan seliweran di Timeline dan Stories. Banyak grup Whatsapp yang memberi kesempatan anggotanya untuk buka lapak di hari tertentu. Status Whatsapp isinya juga dagangan semua. Dengan kemudahan order dan transaksi, wah keuangan bisa gampang jebol hyung kalo enggak kuat iman.
Saat ini, satu-satunya rekening bank yang aku punya berisi budget makan, sebab kebutuhan masak setiap harinya aku pesan lewat aplikasi belanja sayur online. Selebihnya, kalo butuh melakukan transaksi online, aku harus transfer tunai, hehe. Alhamdulillah enggak ada masalah sebab lokasi tempat tinggalku dekat dengan fasilitas umum seperti minimarket, ATM, pasar. Mungkin beda ceritanya kalau rumah jauh dari mana-mana.
4. Menabung di awal
Setiap ada yang tanya gimana cara mudah kelola keuangan supaya bisa menabung, jawabanku selalu sama: dahulukan menabung sebelum membelanjakan uang untuk lainnya. Begitu ada uang masuk, sesuai budget rule yang aku pakai, 20% langsung aku ambil dan masukkan ke dalam amplop tabungan. Karena sesungguhnya kalau menabung harus menunggu ada sisa uang, yang sering kejadian sih uang enggak bersisa. Ya gak?
Tabungan VS Investasi
Dari yang aku pahami dari beberapa edukasi finansial, tabungan dan investasi itu harus dibedakan. Uang simpanan sebaiknya diinvestasikan supaya bisa "berkembang" dan kita bisa mencapai tujuan menabung. Tapi jangan semuanya digunakan untuk investasi, sebab bagaimanapun juga kita tetap akan butuh uang tunai sewaktu-waktu. CMIIW.
Dari budget 20% untuk saving, 10% aku masukkan dalam amplop dana darurat dan 10% dalam amplop investasi. Saat uang dalam amplop investasi kira-kira sudah cukup terkumpul, akan aku tukarkan dengan either emas 1 gram, atau saham 1 lot, atau mata uang asing $100, misalnya.
Meskipun jumlah dana darurat ideal untuk keluarga dengan 3 anak adalah 12 kali pengeluaran bulanan, sejujurnya tabungan kami enggak pernah terkumpul sampai sebanyak itu. Selalu ada saja keperluan mendadak dan mendesak yang membutuhkan banyak biaya sehingga kami harus merogoh amplop dana darurat karena itu satu-satunya "uang tunai nganggur" yang kami punya.
Dengan adanya tabungan, meskipun nominalnya masih jauh dari jumlah ideal, kami selalu ada "persiapan" saat ada pengeluaran tak terduga. Dengan begitu kami jadi bebas hutang kan, jadi kami masih menang banyak. Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan? Alhamdulillah.
Untuk yang masih single, nominal dana darurat yang ideal adalah 6 kali jumlah pengeluaran bulanan.
5. Catat pengeluaran dan pemasukan
Ini adalah sistem yang harus dijalankan jika mau kelola keuangan sendiri. Fungsi pencatatan arus kas ini banyak banget. Kalian bisa baca lebih lengkap di website finasial ya, tapi intinya adalah untuk evaluasi keuangan.
Yang bisa dipantau dari pencatatan pengeluaran salah satunya adalah "bocor alus" atau dikenal dengan istilah the latte factor. Ini adalah pengeluaran yang kelihatannya remeh karena nominalnya kecil, tapi tanpa terasa lama-lama menjadi bukit karena sering kita belanjakan.
Salah satu contoh latte factor dalam keluarga kami adalah jajan anak-anak. Setelah dievaluasi dari catatan pengeluaran, ternyata anak-anak bisa menghabiskan hampir 400 ribu untuk jajan sebulan! Dari sini kami bisa pertimbangkan untuk mengerem biaya jajanan anak. Alhamdulillah catatan terakhir menunjukkan budget snack menyusut menjadi 300 ribu lebih dikit :)
Kalau latte factor untuk kaum single sepertinya order makanan online. Ya gak sih? Dikit-dikit order online, enggak kerasa ongkirnya yang cuma berapa ribu rupiah terakumulasi hingga ratusan ribu.
Gunakan aplikasi untuk mencatat arus kas. Alasannya sesimpel karena hape selalu lengket sama tangan kita kan, haha. Jadi begitu selesai membelanjakan uang, langsung catat di hape. Aplikasi yang aku gunakan selama bertahun-tahun ini adalah Money Manager. Selain itu, aku juga buat rekapan pemasukan dan pengeluaran bulanan selama setahun di Excel.
Itulah 5 cara mudah kelola keuangan sendiri yang sudah aku terapkan selama beberapa tahun terakhir. Kalau kalian gimana? Punya trik andalan untuk kelola keuangan juga enggak? Boleh dong kasih tahu bocorannya di kolom komentar, hehe.
Semoga kita semua selalu diberi rejeki yang halal, lancar, melimpah ruah, dan berkah. Aamin!
Komentar
Amin amiiin untuk doadoa baiknya, semoga sehat dan lancar rezekii. ^^