Apa ada dari Mamah sekalian yang mengambil keputusan untuk resign sementara?
Mungkin karena harus merawat orangtua yang sakit, ingin fokus membesarkan anak di rumah, masalah kesehatan, ikut suami pindah dinas, atau banyak alasan lainnya.
Aku sendiri resign from my full-time job di tahun 2017, beberapa bulan setelah melahirkan anak kedua.
Kenapa sampai harus resign? Ya tentu saja karena prioritasku berubah dari 'meniti karir' menjadi 'merawat dan mendidik anak-anak'.
Aku rasa tidak lagi bijak untuk menitipkan mereka pada salah satu anggota keluarga. Nitip satu aja udah merasa ngerepotin, masak iya ditambah satu lagi, hehe.
Hambatan Kembali Bekerja Setelah Resign
Setelah beberapa tahun resign, karena satu dan lain hal, entah sudah direncanakan sejak awal atau tidak, beberapa dari Mamah mungkin berencana berkarir lagi di luar rumah.
Aku sendiri selalu mempertimbangkan akan kembali bekerja segera setelah anak-anak sudah 'cukup umur'; setidaknya saat anak bungsuku mulai bersekolah TK atau SD.
Namun ternyata kembali bekerja setelah resign tidak semudah itu, Alejandro.
Dalam sebuah TED Talk oleh Carol Fishman Cohen, CEO dan co-founder iRelaunch, setidaknya ada 4 hal yang menjadikan hal tersebut sulit dilakukan.
Baca Juga: Pengalaman Nyata | Ini 4 Cara Blogku Menghasilkan Cuan
1. Tidak banyak lowongan kerja yang cocok
Kita udah semangat kembali bekerja setelah break bertahun-tahun, eh semangat itu dipatahkan oleh sulitnya mencari lowongan pekerjaan yang cocok. Sudah mencari lowongan kesana-kemari, mengirimkan lamaran kesana-sini, tapi tidak juga berbuah manis.
Most likely faktor pertama yang menghambat adalah batas usia. Tidak banyak pemilik usaha/bisnis (employers) yang menerima pelamar kerja berusia diatas 30 tahun.
Kalaupun ada, biasanya untuk jenjang karir lanjutan seperti supervisor atau manajer. Padahal kemampuan dan pengalaman kita masih di level dasar.
2. Dipandang berisiko tinggi menimbulkan masalah
Mengapa employers enggan mempekerjakan pelamar yang pernah mengambil career break atau jeda dalam karir mereka?
Sebab relaunchers - istilah yang digunakan untuk menyebut orang yang ingin kembali bekerja setelah resign - dianggap dapat menghambat produktivitas perusahaan.
Bayangkan jika harus kembali berkutat dengan sesuatu yang sudah tidak dilakukan selama bertahun-tahun.
Ada kemungkinan lupa dan tidak lagi piawai seperti dulu sehingga harus kembali menyesuaikan diri dari nol. Inilah yang menjadi kekhawatiran para pemilik usaha.
Baca Juga: 5 Tips Andalanku Kelola Keuangan Keluarga
3. Kehilangan kepercayaan diri
Setelah absen dari dunia kerja selama beberapa waktu, sebagian besar relaunchers tidak lagi yakin dengan value atau nilai diri mereka, dengan kemampuan yang mereka miliki.
Well. Wajar sih jika kita merasa demikian setelah beberapa tahun tidak mengasah keterampilan atau menambah pengetahuan di bidang pekerjaan kita. Jadi muncul keraguan seperti, "Aku masih bisa enggak ya?"
Ternyata hilangnya kepercayaan diri ini dapat menjadi masalah bagi employers. Sulit untuk mempekerjakan seseorang yang tidak tahu kontribusi apa yang bisa mereka berikan untuk perusahaan.
4. Tertinggal dalam bidang teknologi
Tidak bisa disangkal bahwa perkembangan teknologi memang sangat pesat. Selama resign, kita mungkin tidak aware dengan perkembangan teknologi, utamanya di bidang pekerjaan kita.
Sebagai contoh, laju perkembangan teknologi di bidang pendidikan setahun belakangan sangat cepat. Saat jadi guru 4 tahun silam, aku tidak pernah mengajar menggunakan virtual meeting room macam Zoom, Google Classroom, Google Meet, atau lainnya. Tapi sekarang, teknologi memainkan peranan penting dalam pembelajaran.
Baca Juga: 5 Pekerjaan dari Rumah yang Aku Lakoni Sebagai Work-At-Home Mom
Persiapan Kembali Bekerja Setelah Resign
1. Manfaatkan Aplikasi Kerja QuBisa
QuBisa adalah platform belajar online yang memfasilitasi fresh graduate dan profesional muda untuk meningkatkan kemampuan, baik technical skill maupun soft skill.
Bisa disebut sebagai aplikasi siap kerja, QuBisa membimbing para pencari kerja melewati jalur karir (road map career) untuk mendapatkan pekerjaan impian lewat pendidikan dan pelatihan berkualitas.
Sudah ada lebih dari 300 instruktur terdaftar dengan lebih dari 200 kursus dan 2000 microlearning. Wah!
QuBisa tidak main-main dalam mewujudkan misinya untuk mempersiapkan lulusan baru dan profesional muda menjadi lebih kompeten dan kompetitif dalam MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN).
Selain menyediakan Kelas Siap Kerja dan Kelas Pengembangan Karir, tak sedikit video series, artikel, microlearning, webinar, atau kursus online gratis yang bisa diakses lewat aplikasi QuBisa.
Aplikasi belajar online ini memanfaatkan kecanggihan dan kepraktisan internet agar belajar gak ribet.
Materi kursus dan microlearning disajikan dalam bentuk modul pdf dan/atau video yang bisa diakses kapan saja.
Setiap kursus dilengkapi dengan pre-test dan post-test untuk mengukur kemampuan kita sebelum dan sesudah kursus.
Dengan cara belajar efektif seperti ini, proses upskilling dan reskilling sebagai persiapan masuk ke dunia kerja diharapkan akan jadi lebih mudah.
2. Buat atau update CV dan resume
Sama halnya dengan profil LinkedIn, CV dan resume kita juga perlu dioptimalkan. Penting untuk memastikan bahwa CV dan resume kita menarik agar meningkatkan peluang diterima kerja di perusahaan impian.
Di aplikasi belajar online QuBisa, ada kursus yang tepat untuk dijadikan petunjuk dalam hal ini.
Bertajuk "CV dan Resume Menarik, Perusahaan Melirik", kursus ini dipandu oleh Pepi Agum Widianti, seorang Knowledge Management Spesialist.
Kursus meliputi pembahasan mengenai fenomena pelamar kerja saat ini, tips dan trik membuat CV dan resume menarik, serta etika dalam mengirimkan CV.
Lengkap dan menyeluruh kan?!
Makanya download aplikasi siap kerja QuBisa di App Store atau Google Play sekarang dan akses kursusnya.
Baca Juga: Tips Menata Meja Office Partition Sesuai Protokol Kesehatan
3. Pasarkan diri di LinkedIn
Mengapa LinkedIn?
Menurut survei oleh Jobvite's Recruiter Nation di tahun 2020, social media channel yang paling banyak digunakan recruiters untuk mencari talent yang bermutu dan yang sesuai dengan kualifikasi mereka adalah LinkedIn.
Berbalikan dengan asumsi kita bahwa pandemi membuat dunia pekerjaan lesu, ternyata hasil sebuah survei oleh GWI berjudul "Digital 2021" mengungkap bahwa penggunaan LinkedIn di Indonesia untuk mencari pekerjaan dan membuka lapangan pekerjaan malah meningkat di tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.
Dengan alasan inilah, LinkedIn bisa menjadi recommended place untuk memasarkan diri ketika berniat kembali ke dunia kerja.
Agar dilirik recruiters
Per 2021, ada hampir 740 juta anggota dan lebih dari 55 juta perusahaan terdaftar di LinkedIn. Dengan jumlah persaingan sebanyak itu, apakah mungkin profil LinkedIn kita bisa ditemukan oleh recruiters perusahaan impian?
Tentu saja bisa. Ada kesempatan lebih besar untuk dilirik recruiters jika profil LinkedIn kita dioptimalkan.
Di aplikasi siap kerja QuBisa, ada kursus online gratis yang cocok untuk masalah ini. Microlearning bertajuk "Develop Your Personal Branding on LinkedIn" oleh Coach Lika Satvarini dari Universitas Internasional Batam.
Dalam video series ini, Coach Lika memaparkan secara runtun dan detail cara meningkatkan personal branding di LinkedIn, mulai dari definisi personal branding hingga tips dan trik membuat recruiters tertarik dengan profil LinkedIn kita.
Materi disajikan lewat beberapa video singkat yang masing-masing membahas satu topik spesifik seperti bagaimana seharusnya foto yang diunggah di LinkedIn. Kita belajar gak ribet deh jadinya.
4. Beritahu orang-orang
Untuk meningkatkan peluang mendapatkan pekerjaan, kita sebaiknya tidak hanya 'memasarkan diri' di LinkedIn. Buat semua orang yang kita kenal tahu bahwa kita sedang berniat kembali bekerja.
Sebagai contoh, kita bisa membuka obrolan dengan ibu-ibu dengan menanyakan apa ada rekomendasi atau kontak babysitter/pengasuh/ART/daycare yang bisa dihubungi.
Kemungkinan besar, pembicaraan akan mengarah pada, "Iya nih. Aku lagi berencana kembali bekerja lagi. Jadi butuh pengasuh buat anak-anak." #eeaa Mulus kan masuknya?! hahaha. #smoothlikebutter
Siapa tahu dari sekian banyak percakapan dengan banyak orang, ada satu atau dua kesempatan kerja yang datang. Ya kan?! Siapa yang bisa menyangka datangnya jalan rizqi Allah SWT dari mana.
5. Tingkatkan kemampuan digital
Untuk menghempaskan asumsi gagap teknologi alias 'gaptek' yang melekat pada relaunchers, kita sebaiknya membekali diri dengan meningkatkan kemampuan di dunia digital sebelum kembali bekerja.
Seakan paham betul dengan kebutuhan pencari kerja masa kini, di aplikasi belajar online QuBisa bahkan ada program khusus Keterampilan Digital Milenial (KDM).
Program ini dapat mendukung kita menguasai berbagai keterampilan digital kekinian, mulai dari level beginner hingga advanced. Program KDM dibagi dalam beberapa kategori seperti yang disebutkan dalam gambar berikut.
6. Tingkatkan kepercayaan diri
Selain upskilling dan reskilling, cara meningkatkan personal branding juga penting dipelajari. Ingat akan salah satu alasan employers enggan mempekerjakan relaunchers? Ya. Karena mereka cenderung kehilangan kepercayaan diri.
Di aplikasi belajar online QuBisa, ada satu kursus online gratis yang aku ikuti berjudul "Personal Branding (Pencitraan Pribadi)" oleh Bayu Setiaji, Chief of Learning Development Solution di PT. GML Performance Consulting.
Disini Coach Bayu menitikberatkan pada cara membangun citra diri yang positif untuk memenangkan kompetisi pencarian kerja.
Very insightful. Dari sini aku paham bahwa: pelamar kerja boleh banyak, tapi kita bisa jadi berbeda. Dengan menonjolkan keunggulan diri, muncul citra diri positif yang akan meninggalkan kesan baik bagi recruiters.
Baca Juga: 5 Life Hacks Sederhana untuk Memudahkan Hidup Orangtua (+ free printables)
7. Update pengetahuan, tren dan berita terbaru di bidang pekerjaan
Selama beberapa tahun pasti terjadi banyak perubahan dalam bidang pekerjaan kita; apapun itu. Bisa jadi hasil studi terbaru, isu-isu yang belakangan sering diangkat menjadi topik diskusi, atau inovasi terkini yang sedang diterapkan.
Untuk mengejar ketertinggalan ini, mempelajari jurnal akademis terbitan setahun terakhir, mengikuti berita yang sedang trending.
Intinya, banyak-banyak membaca. Belajar lagi. Update pengetahuan kita yang barangkali sudah banyak yang ketinggalan jaman.
_________________________
Memang tidak mudah untuk kembali bekerja setelah resign bertahun-tahun. Namun, dengan persiapan yang matang dan cara belajar efektif di aplikasi QuBisa, kita bisa melangkah masuk ke dunia kerja dengan lebih mantap.
Have fun upskilling dan reskilling!
_____________________
Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi blog "Memulai Karir Lebih Percaya Diri Bersama Aplikasi Siap Kerja QuBisa"
Daftar sekarang di qubisa.com/kompetisi-blog dan submit tulisanmu sebelum 10 Desember 2021 untuk kesempatan mendapatkan total hadiah sebesar 10 juta rupiah.
Sumber:Cohen, Carol Fishman. How to Get Back to Work After a Career Break. https://leanin.org/education/ted-talk-get-back-work-career-break
Komentar
Tapi jujurnya aku ga pengen kerja kantoran lagi. Selain udah terlalu lama keluarnya, umur juga udh ga sesuai. Aku lebih fokus mencari uang yg bisa dilakukan dari rumah mba. Skr ini sih aku melakukan trading saham , yg kebetulan basic ku juga di sini pas di pekerjaan lama. Jadi tinggal di asah aja. Malah lumayan, yg didapat jauh lebih gede drpd gaji pas ngantor, tapi memang hrs hati2, Krn biar gimana saham termasuk resiko tinggi.
Krn udh keenakan kerja dari rumah, jadi sepertinya aku ga akan kembali lagi sih utk ngantor. Biarlah itu tugas pak suami 😄. Eh tapi poin yg ttg harus banyak update knowledge dan skill itu bener. Aku aja msh sering kok ikutan webinar2 ttg saham dan investasi. Supaya ga ketinggalan info ttg market.
Jadi tambah pengetahuan buat modal cari kerja selanjutnya
sambil menunggu ini wajib nih upskill dan reskill di QuBisa juga ah secara banyak banget pilihan ilmu dan skill yang bisa kita pelajari.
Abis resign, terus mau cari kerja, kadang mentok di umur dan yaaa kadang tertinggal teknologi itu bikin nggak PD juga
Lama juga aku belum ambil kelas