Muna Fitria a.k.a @mamahfaza disini
Ini kisah tentang Cing dan Cong, 2 anak kucing tanpa induk yang somehow terdampar di rumahku.
How It Started
Kala itu, setiap malam selalu terdengar suara berisik pagar rumah. Kriet..kriet.. Glodak..glodak.. Seakan bagian bawah pagar yang terbuat dari seng dibuka paksa. Apa itu ya?
Waktu ku intip, ternyata itu seekor kucing. Bulunya abu pekat. Persis seperti Luna-nya Usagi. (Kalau tau siapa itu Usagi, berarti kita seumuran. Tos dulu.)
Kucing abu itu naik tangga depan, tangga yang biasa digunakan anak-anak kos untuk menuju kamar mereka di lantai dua.
Tangga depan dimana si kucing selalu riwa-riwiKupikir kucing itu melompat ke atap tetangga sebelah, tapi dia selalu turun lewat tangga yang sama.
Kupikir kucing itu menerobos masuk ke lantai dua, tapi saat coba ku ikuti ke atas, tidak ku lihat ada sosok kucing di area kos-kosan.
Lalu kemana kucing itu pergi? Entahlah. Lama-lama aku cuekin. Kubiarkan kucing itu keluar masuk semaunya. Toh dia tidak meninggalkan kotorannya disini, pikirku.
Surprise!
Saat itu petang hari. Aku ingat adzan magrib selesai berkumandang. Kudengar ada suara meongan. Makin lama makin keras. Makin lama makin dekat. Ku cari sumber suaranya. Ternyata dari lantai atas.
Ada 3 ekor anak kucing di ujung tangga depan. Kebingungan saat mencoba turun. Salah satunya bahkan sudah terlanjur menggelinding jatuh. Khawatir yang lain ikut jatuh, sekalian ku bawa turun semuanya.
Ternyata yang kucing abu-abu itu tinggalkan bukanlah kotoran, tapi anak-anaknya. Aku baru sadar ternyata ada kolong plafon teras di belakang balkon.
Lubang plafon tempat si kucing meninggalkan anak-anaknya |
Ah! Ke sana rupanya si kucing abu biasanya pergi. Ternyata selama ini dia survei lokasi untuk melahirkan dan menyembunyikan anak-anaknya.
Setelah ku tinggalkan di teras rumah, hanya tersisa 2 ekor kucing. Entah kemana yang satunya. Mungkin berkeliaran dan tidak sengaja keluar pagar? Bisa jadi.
Cari Informasi
I'm clueless. Engga tau harus apa. Ya karena selama 30 tahun hidup ku engga pernah merawat anak kucing sama sekali. Tetiba sekarang kedatangan 2 anak kucing, tanpa induk pula. Terus harus diapain nih?
Aku langsung pasang status Whatsapp supaya dapat balasan cepat dari teman-teman di kontak. Yang pertama ku tanyakan adalah, "Harus dikasih makan dan minum apa?"
Banyak saran yang masuk, dan terkadang bertentangan satu sama lain. Haha. Bingung dah!
Karena sudah malam, mustahil mau ke pet shop. Untungnya minimarket menjual wet food.
Note: Karena anak-anak kucing ini masih sangat muda, perkiraan usia 1-2 bulan, gigi mereka belum tumbuh seluruhnya. Jadi mereka masih harus diberi makan wet food, bukan yang kering.
Kebetulan juga ada sisa susu formula anakku yang alergi susu sapi. Jadi si anak kucing tanpa induk ini aku kasih lah susu hypoalergenic punya anakku wkwk. Ekslusif bet dah!
Note: Bisa dibilang, anak kucing sebenarnya "alergi susu sapi" karena saluran pencernaan mereka tidak bisa mencerna susu sapi. Akibatnya, anak kucing akan muntah, diare, dan sakit perut jika diberi minum susu sapi.
(Seumur-umur baru tau kalo kucing alergi susu sapi. Ya ampuuun.)
Malam Pertama Terlalui dengan Baik
Aku menyiapkan tempat tidur dari kardus dan kain-kain tidak terpakai sebagai alasnya. Meskipun sudah ku taruh di dalam kardus, tapi anak-anak kucing tanpa induk itu tetap bisa memanjat keluar.
FYI, aku dan anak-anakku punya asma. Kami alergi bulu binatang. Hidungku sendiri udah gateeel banget waktu kasih mereka makan.
Karenanya, aku sengaja taruh anak kucing itu di teras. Aku khawatir kalau mereka ku taruh di dalam rumah dan berkeliaran, bulu mereka akan jatuh dan menempel dimana-mana. Ashtma kami bisa kumat.
Malam Kedua Penuh Tragedi
Anak-anakku mulai menikmati bermain dengan 2 anak kucing tanpa induk itu. Tidak ketinggalan, mereka kasih nama: Cing untuk yang belang putih-orens dan Cong untuk yang belang hitam-putih.
Lagi-lagi dengan alasan kesehatan, bahkan during the day aku engga biarkan mereka masuk rumah. Aku biarkan anak-anak bermain dengan anak kucing di teras rumah.
Karena aku pikir si anak kucing baik-baik saja setelah kemarin malam tidur di luar, jadi malam kedua pun aku masih biarkan mereka tidur di teras.
Begadang seperti biasa untuk bekerja, tetiba aku dengar suara meongan yang tidak biasa. Terdengar seperti jeritan.
Kaget. Buru-buru aku keluar. Kardus tempat tidur si anak kucing kosong.
Pas aku cari keberadaan anak-anak kucing itu, aku malah menjumpai pemandangan yang mengerikan.
Cong sudah tercabik-cabik di dekat pintu pagar. Seketika aku nangis dan teriak histeris.
Panik, aku cari anak kucing satunya. Aku temukan bercak darah. Aku ikuti jejak darah itu. Ternyata Cing meringkuk di pojokan bawah tangga. Berdarah-darah.
Aku perhatikan Cing masih bernapas. Perutnya naik turun. Aku dengar masih ada rintihan lemah.
Sambil sesenggukan, aku bangunkan suamiku untuk minta bantuan menguburkan Cong. Sementara aku bingung, "Harus aku apakan anak kucing satunya?"
Anak Kucing yang Bertahan
Sungguh aku takut mau memegang Cing. Badannya penuh darah. Bagaimana jika dia makin kesakitan saat aku coba pindahkan? Tapi engga mungkin dia aku tinggalkan di situ.
Pelan-pelan aku angkat badannya dan aku pindahkan ke dalam kardus. Aku lap bulu-bulunya. Merah. Aku menangis histeris lagi.
Saat membersihkan badannya, aku temukan luka yang menganga lebar di leher Cing. Setelah googling dan yakin bahwa it's okay to use Betadine ke kucing, aku seka lukanya. Duh. Makin perih hatiku rasanya.
Tidak lagi peduli dengan alergi bulu binatang yang aku punya, aku bawa Cing masuk ke dalam kamar supaya aku bisa pantau keadaannya. Dan supaya terhindar dari whatever monster yang menyerang anak-anak kucing tanpa induk ini.
Ini masih beberapa jam lewat tengah malam. Aku cari klinik hewan terdekat di internet dan menemukan satu yang paling dekat dari rumah. Jam operasional mulai pukul 10.00. Duh. Masih lama. Apa Cing bisa bertahan?
Di Klinik Hewan
Pagi hari dan Cing masih hidup berkat pertolongan Allah SWT. Aku berencana membawanya ke klinik hewan untuk diobati.
Dengan berbekal nekat, aku pinjam motor tetangga. Aku bawa serta ketiga anakku. Aku masukkan Cing ke dalam kardus dan berangkat ke klinik hewan terdekat.
Agak malu juga sih waktu nyampe klinik hewan. Yang lain bawa kandang dan tas bagus-bagus. Sementara kami bawa kardus. Huhu. Mengsedih. Ya gpp deh. Yang penting niat kami baik kan.
Sampai akhirnya Cing ditangani oleh dokter hewan di klinik, lega rasanya. Hatiku penuh harap Cing bisa mendapat pertolongan yang tepat.
Demikian perawatan yang dilakukan dokter hewan:
- Bulu di sekitar daerah luka dicukur agar luka bisa terlihat dengan jelas. Ternyata ada 2 lubang besar menganga di leher Cing, seakan ada 2 gigi tajam habis menancap disana. Perkiraan dokter bisa jadi kucing dewasa atau tikus berukuran besar.
- Luka dibersihkan dengan cairan disinfektan. Lalu diberi bubuk obat antibiotik untuk mencegah infeksi.
- Cing diberi terapi akupunktur menggunakan aliran listrik, karena dokter hewan melihat jalannya terseok-seok. Kemungkinan kakinya juga terluka.
- Dokter meresepkan bubuk obat antibiotik yang tadi digunakan serta salep untuk mengobati luka.
Tahap 'Penyembuhan'
Setelah dari dokter hewan, Cing aku berikan obat sesuai instruksi dokter. Rajin-rajin ku oleskan dan ku taburkan bubuk obatnya; berharap Cing segera pulih.
Tapi makin lama, Cing makin lemah. Tidak lagi mau berjalan-jalan. Lama-lama jadi tak mau makan, tak mau minum susu. Ibarat hidup segan, mati tak mau.
Sampai akhirnya, setelah beberapa hari menjalani pengobatan, aku temukan Cing tidak bergerak di dalam kardusnya. Perutnya tidak lagi naik turun seperti biasanya.
Innalillahi wa inna ilaihi raajiun. Cing pun dikuburkan di dekat Cong.
Pedih rasanya hatiku. Rasa bersalah sempat menghantuiku selama berminggu-minggu.
Astagfirullah. Berdosa aku, Ya Allah. Apakah aku melakukan penganiayaan terhadap makhluk ciptaanmu?
Apakah aku seharusnya tidak berusaha memelihara mereka sejak awal?
Apakah aku seharusnya tidak begitu egois dengan mengijinkan mereka tidur di dalam rumah?
Bagaimanapun juga, hal tersebut sudah terjadi. Bagaimanapun aku mencoba menghindarinya, jika sudah menjadi kehendak Allah SWT, aku bisa apa?
____________________
Itulah kisahku (tanpa sengaja terpaksa harus) merawat anak kucing tanpa induk yang sayangnya berakhir tragis.
Apa diantara kalian ada juga yang pernah merawat kucing atau binatang terlantar? Bagaimana kisahnya? Bagikan di kolom komentar dong.
Komentar
Aku juga sedih baca cing dan Cong ga bisa diselamatkan. Tapi selalu yakin ini semua udh takdir tertulis. 🤗.
Sedih banget, rasanya...terutama saat melihat berdarah-darah. Pasti Cing selain merasakan sakit juga merasakan trauma melihat kejadian tersebut.
Aku pernah pelihara kucing, tapi ternyata kesibukanku yang akhirnya gak terurus dan kebetulan hamil, aku kembalikan kucingnya ke mertua.
Sampai sekarang gak berani pelihara kucing lagi, karena takut tidak terurus. Paling main sama kucing tetangga yang suka ke rumah.
Tapi salut bgt dgn pertolonganyg sudah mbak lakukan
Terima kasih sudah mau merawat si kitten ya mbak
Tpi bener si harus bisa prioritasin kesehatan kita dulu..
Cing dan cong udah tenang di sana
Gak apa-apa kak. yang dinilai bukan dari seberapa bagus kandangnya, tapi kepedulian kakaknya
Jadi ingat dulu adikku di rumah juga pernah ngrawat kucing liar yang mampir ke rumah. di perutnya ada bekas sundep puntung rokok gitu. udah hampir 2 bulan dirawat adik sampai seisi rumah sayang banget sama dia, eh suatu hari pas hujan deres g pulang smpe 3 hari. pas dicari, udah ketemu jadi bangkai, Kak. kayaknya kelindes kendaraan tapi dilihat adek ada lubang di perutnya. Sedih banget TT